A. Pengertian Apresiasi
Apresiasi secara etimologi:
“appreciatie” (Belanda), “appreciation” (Ing), menurut kamus
Inggris, “to appreciate”, yaitu bentuk kata kerja yang berarti: to judge the value of; understand or enjoy fully in the right way
(Oxford), to estimate the quality of; to
estimate rightly; to be sensitively aware of
(Webster).
Secara umum apresiasi seni atau mengapresiasi
karya seni berarti, mengerti sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta
menjadi sensitif terhadap segi-segi estetika. Apresiasi dapat juga diartikan
berbagi pengalaman antara penikmat dan seniman, bahkan ada yang menambahkan,
menikmati sama artinya dengan menciptakan kembali. Tujuan pokok penyelenggaran
apresiasi seni adalah menjadikan masyarakat "melek seni" sehingga
dapat mencrima seni sebagaimana mestinya. Dengan kata-kata yang lebih lengkap,
apresiasi adalah kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera), menanggapi,
menghayati sampai kepada menilai sesuatu (dalam hal ini karya seni).
Kegiatan apresiasi seni atau mengapresiasi
karya seni dapat diartikan sebagai upaya untuk memahami berbagai hasil seni
dengan segala permasalahannya serta terjadi lebih peka akan nilai-nilai
estetika yang terkandung di dalamnya. Hal ini ditegaskan oleh Soedarso
(1990:77) bahwa apresiasi adalah: “Mengerti dan menyadari sepenuhnya
seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif terhadap segi-segi estetiknya
sehingga mampu menikmati dan menilai karya tersebut dengan semestinya.”
Sementara itu Rollo May (Alisyahbana, 1983:81) menambahkan bahwa berapresiasi
terhadap suatu kreasi baru atau hasil seni juga merupakan suatu tindakan kreatif.
Mengapresiasi karya seni
itu penting sekali karena akan membuat hidup lebih nikmat, gembira, sehat.
Bayangkan, bagaimana jika ada orang yang tidak mampu sekali menikmati karya
seni (dalam arti luas, termasuk seni di luar seni rupa). Dalam kehidupan
sehari-hari, secara disadari atau tidak, orang melakukan apresiasi pada tingkat
tertentu: menonton pameran, mendengarkan musik, menonton film di TV, memilih
motif kain dan sebagainya.
B. Langkah-langkah
Apresiasi
Dalam menganalisis dan
menanggapi karya seni rupa secara garis besar ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu dengan menggunakan ukuran subyektif, artinya menilai bagus
tidaknya berdasarkan pertimbangan sendiri, misalnya karya ini sangat bagus atau
indah karena kita memandang benda seni itu amat menyenangkan. Penilaian dengan
ukuran objektif artinya, menilai bagus tidaknya karya seni atas dasar ukuran
kenyataan dan objek (karya seni rupa) itu sendiri.Bila karyanya memiliki
ukuran secara objektif bagus, maka kita katakan bagus. Demikian juga
sebaliknya. Setiap karya seni tentunya memiliki ciri khas, yang berbeda satu
sama lain.
Mengungkapkan
karakteristik karya seni rupa dua dimensi tentu berbeda dengan karya seni rupa
yang tiga dimensi. Karakteristik karya seni dua dimensi terilihat dari (1) segi
bentuk atau wujudnya; (2) teknik yang digunakan dan (3) fungsi serta maknanya.
Ketiga bagian itu saling berhubungan. Bentuk karya terwujud karena teknik dan
proses pembuatan. Bentuk juga berkaitan dengan kegunaan atau fungsi. Demikian
bentuk berkait dengan makna. Untuk itu usaha mengapresiasi karya seni rupa
Nusantara yang ada di daerah anda akan memperhatikan ketiga ukuran tersebut.
Coba perhatikan dua karya
seni rupa di daerah anda (sebuah gambar ilustrasi atau dua dimensi dan sebuah
karya patung atau tiga dimensi). Perhatikan dari segi bentuk-nya, proses
pembuatanya, terutama teknik pengrjaannya. Apakah ada perbedaan? Membuat gambar
ilustrasi dengan menggunakan pensil atau ballpoint di atas kertas. Sedangkan membuat patung (kayu atau bahan lainnya)
tidak menggunakan pensil tapi peralatan cukilan atau pahatan. Perkirakan juga
kesulitan dalam pembuatannya, waktu yang digunakan untuk membuat dan hal-hal lain
yang berhubungan dengm teknik pembuatan. Nyatakan tanggapan tersebut sesuai
dengan penilaian subyektif dan objektif.
Menganalisis dan
menanggapi karya seni rupa tiga dimensi akan berbeda dengan karya seni rupa
yang dua dimensi. Karya tiga dimensi bisa jadi lebih menarik, karena pada karya
tiga dimensi bendanya lebih nyata. Dari segi gagasan tentu akan beragam. Dari
segi bahan juga bermacam-macam, bahkan segi teknikya terlihat berbeda. Biasanya
dalam pengerjaan karya tiga dimensi lebih lama dibandingkan dengan karya dua
dimensi.
Karena di lingkungan kita
(daerah setempat) karya seni rupa dua dumensi dan tiga dimensi bermacam-macam,
maka tentu saja gagasan, bahan atau bentuk dan tekniknya
bermacam-macam pula. Pada masing-masing karya akan memiliki arti yang berbeda.
Sebenarnya upaya menganalisis dan menanggapi masing-masing karya seni rupa yang
ada di lingkungan anda sendiri dimaksudkan agar anda menjadi penilai atau
apresiator yang baik. Dengan mengetahui keberagaman bentuk, teknik dan
funginya, anda menghargai apa yang dibuat oleh para seniman yang ada di daerah
setempat. Bila anda menekuni dan mencermati pekerjaan tersebut anda akan
merasakan bahwa apa yang dikerjakan para pekerja seni itu bukan sesuatu yang
mudah. Anda akan turut merasa terlibat atau berempati dan mengagumi pekerjaan
seni rupa.
Adakah cara yang dapat
diupayakan agar anda dapat melakukan apresiasi karya seni dengan lebih bermutu?
Ada. Selain banyak melihat, membaca, mendengarkan atau membiasakan menghayati
karya seni, anda dapat menggunakan apa yang disebut dengan pendekatan dan
pentahapan apresiasi.
C. Pendekatan dan Metode Apresiasi
Apresiasi seni dapat dilakukan dengan berbagai metode
atau pendekatan sebagai berikut :
1. Pendekatan aplikatif
Apresiasi melalui pendekatan aplikatif ditumbuhkan dengan
melakukan kegiatan berkarya seni secara langsung, di studio, di kampus, di
rumah atau di mana saja. Melalui praktek berkarya, apresiasi tumbuh dengan
serta merta akibat dari pertimbangan dan penghayatan terhadap proses berkarya
dalam hal keunikan teknik, bahan, dsb. Melalui berkarya
seni, kita dapat merasakan berbagai pertimbangan teknik yang digunakan oleh
seniman dalam proses berkarya. Tidak jarang keunikan teknik atau bahan tertentu
menumbuhkan gagasan yang unik bagi seorang perupa. Berkarya menggunakan medium
batu misalnya, tentu akan meberikan sensasi yang berbeda dibandingkan dengan
menggunakan medium tanah liat yang lunak, walaupun kedua medium tersebut dapat
digunakan untuk mewujudkan karya seni patung. Semakin banyak pengetahuan kita
tentang teknik, alat dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni rupa, akan
semakin bertambah pula wawasan kita dalam mengapresiasi karya seni rupa.
Pendekatan aplikatif dapat juga dilakukan dengan melihat proses
berkarya seorang perupa secara langsung. Kita dapat mengunjungi sanggar, studio
atau sentra-sentra kerajinan yang ada di daerah kita atau didaerah lain untuk
melihat secara langsung bagaimana para perupa dan pengrajin bekerja mewujudkan
karya seni rupanya. Dengan kemajuan teknologi saat ini, proses berkarya seni
yang dilakukan oleh para perupa tersebut dapat juga kita saksikan melalui
tayangan film dalam bentuk video atau CD. Dengan demikian wawasan kita tentang
proses berkarya seni akan semakin kaya.
2. Pendekatan kesejarahan
Apresiasi dengan
pendekatan ini ditumbuhkan melalui pengenalan sejarah perkembangan seni. Dalam
praktek sehari-hari secara sederhana, kita dapat mencoba meneliti asal usul
sebuah karya seni rupa dengan bertanya kepada orang tua kita di rumah, ayah,
ibu, paman atau siapa saja tentang riwayat sebuah karya seni. Pertanyaan
tersebut berkisar pada soal fungsi karya pada saat dibuat dibandingkan dengan
fungsinya saat ini, siapa (seniman) yang membuatnya, tempat karya seni
diproduksi, serta kapan waktu pembuatannya.
Apresiasi dengan
pendekatan kesejarahan tidak cukup dengan mengunjungi musium atau melihat
berbagai karya peninggalan perupa-terdahulu. Seperti telah disebutkan di atas,
apresiasi dengan pendekatan ini membutuhkan kemauan untuk mengethui lebih jauh
tentang karya-karya seni yang kita lihat. Berbagai model pertanyaan dapat kita
buat untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang karya-karya
tersebut. Beberpa pertanyaan yang dapat kita ajukan
diantaranya sebagai berikut:
Apresiasi seni rupa adalah kegiatan
dalam menilai atau memberi penghargaan terhadap kualitas karya seni rupa.
Penilaian atau penghargaan terhadap suatu karya seni dapat diungkapkan melalui
proses pengamatan dan penghayatan. Ada tiga tingkatan kegiatan apresiasi yang
dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan pengamat dalam menghayati suatu karya,
yaitu:
1.Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan pengamatan (kasat mata), seperti suka atau tidak suka.
2.Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat dalam suatu karya, seperti ada perasaan kagum atau terharu.
3.Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa.
1.Apresiasi simpatik adalah merasakan tingkat keindahan suatu karya berdasarkan pengamatan (kasat mata), seperti suka atau tidak suka.
2.Apresiasi empatik/estetik adalah merasakan secara mendalam nilai estetik yang tersirat dalam suatu karya, seperti ada perasaan kagum atau terharu.
3.Apresiasi kritis adalah apresiasi yang disertai analisis terhadap suatu karya dengan mempertimbangkan gagasan, teknik, unsur-unsur rupa, dan kaidah-kaidah komposisi seni rupa.